JAGA LISAN
ASAL NGOMONG
Kebiasaan burukku sebagai seorang wanita
adalah komentar atau menjelaskan sesuatu yang tidak perlu dijelaskan. Saking
buruknya aku merasa, tidak mudah dekat dan berteman dengan orang lain.
Berkomunikasi dengan suamiku pun seperti gangguan atau hal yang menyebalkan.
Padahal aku suka ngomong, cerita absurb, atau yah komen receh hal-hal yang
sebenarnya tidak perlu dikomentari. Orang bertanya satu kalimat (3 kata) aku
bisa menjelaskan dan menjabarkan lalu menceritakan sepanjang novel. Paling aman
ya sepajang cerpen. hehehe...Ya aku bicara maupun mengetik bisa banyak,
panjang, bertele-tele, dan berputar-putar. Kadang tanpa sadar mengulangi
perkataan yang sudah kukatakan sebelumnya. Mirip film naruto jadinya saya ya.
Ahahaha.... suka ngulang adegan yang udah diulang berkali-kali untuk menegaskan
dan memperpanjang durasi.
MEMBUAT TEMAN
Saat tutur kata, penyampaian, dan gerak
tubuhku jadi satu sinkron dan sefrekuensi dengan orang yang bisa merasa nyaman
denganku, hasilnya WOW. Ketawa-ketiwi, saling bercanda, bisa ngobrol
berjam-jam-saling sharing sampai lupa waktu. Kebanyakan ama sesama cewek karena
aku juga menghindari ngobrol dengan lawan jenis khawatir nyaman dengan lawan
jenis selain suami. Itu bisa jadi pintu syetan dalam hal perselingkuhan dan
perzinahan. Semua dari curhat dan status. wkwkwk... Pengalaman? Bukan. itu
based on cerita temen yang bilang curhat via status yang komen suami orang dan
perhatian sekali suami orang dan akhirnya mereka berselingkuh, berpacaran, dan
memadu kasih di kamar hotel. Yah seberbahaya itu jika nyaman ngobrol ama teman
cowok. Jadi karena aku sekarang statusnya adalah istri orang dan seorang ibu
yang harus menjaga marwah/kehormatan seorang wanita, aku mencoba menghindari
banyak bicara jika ada lawan jenis. Tapi saat ada orang yang sama-sama cewek,
ntah kenal atau tidak, jika dia mau menanggapi obrolan aku (perkataan aku gak
aneh dan bikib dia terganggu) aku dan dia bisa jadi teman. Alhamdulillah.
Sayangnya karena aku tidak bisa mengontrol, menyaring, dan memikirkan baik
buruknya perkataan aku terhadap orang lain, ternyata perkataanku menyinggung
teman aku tersebut.
MEMILIKI MUSUH
Sadar tidak sadar, aku yang modelannya
supel kalau berbaur dengan sesama cewek, ternyata ada yang memusuhi dan
membenciku. Gerak-gerikku jadi boomerang untukku saat si pembenci mulai
meyebarkan rumor dan suatu label pada diriku yang membuatku terluka, down,
insecure hingga tidak berani keluar rumah sama sekali. Awal menyiksa, sekarang
alhamdulillah aku terbiasa. Terbiasa menghindari orang-orang yang membenciku
karena energiku akan langsung habis menghadapi kata-kata mereka yang penuh
penilaian buruk, meremehkan, dan nyinyir julid apalagi jika itu terkait dengan
suami dan anak-anak aku. Jika itu menyangkut aku pribadi, masih bisa aku tahan
perasaan nyesek, tapi jika sudah terkait keluarga seperti anak, suami, dan
orang tua hemmm hawanya pengen misuh-misuh alias ngamuk-ngamuk sama tuh orang.
Aku ingat perihal la taghdhob walaqol jannah "Jangan marah maka bagimu
surga." Sebenarnya jika mengikuti hawa nafsu, mungkin setiap orang yang
berbicara denganku dengan nada meremehkan dan menjatuhkan pengen tak smackdown
atau ulti dengan perkataan yang lebih nylekit agar tuh orang sadar diri dan
kapok gitu. Sadar bahwa perkataannya menyakitiku. Aku tidak suka. Hal ini
sering banget bikin musuh. Yang jelas untuk meminimalisir memiliki musuh
apalagi aku sekarang sadar setiap aku ngobrol atau bicara kadang membuat orang
lain tersinggung dan sikap mereka berubah kepadaku dari baik menjadi pandangan
tajam benci dan menyelidik. Berasa neraka banget jika mengalami hal seperti
itu. Aku bersyukur karena hal itu sudah terlewati. Beberapa hadits terkait
anjuran menjaga lisan:
Pada hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW
bersabda:
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Artinya:
"Sesungguhnya seorang hamba
mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia
terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim )
Hadis di atas menerangkan bahwa jika
seseorang berbicara tanpa memikirkan apa yang hendak ia katakan, ia akan
terjerumus ke dalam neraka.
At-Tirmidzi meriwayatkan
hadis Mu’adz yang panjang, di antaranya disebutkan bahwa Mu’adz bin Jabal
bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah kita
disiksa karena ucapan-ucapan kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ! هَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ فِي النَّارِ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟
“Wahai Muadz, celaka kamu! Bukankah
manusia tersungkur mukanya di dalam neraka karena buah dari lisannya?”
(HR. At-Tirmidzi no. 2616, Ibnu Majah no. 3973; dan di-shahih-kan al-Albani
dalam Irwaul Ghalil no. 413)
Disebutkan sebuah hadis dari Alqamah
di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Bilal bin Harits
al-Muzanni radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إنْ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بالكلمة من رضوان الله، ما يَظُنُّ أن تبلغ ما بَلَغَتْ، فَيَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ، وَإِنْ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلمَة منْ سَخط الله، مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، فَيَكْتُبُ اللهُ عَلَيْهِ بهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ
“Sungguh seseorang mengucapkan suatu
kata-kata yang membuat Allah rida, ia tidak mengira kata-kata itu mencapai
sedemikian rupa. Allah pun mencatat keridaan–Nya untuknya karena kata-kata itu
hingga pada hari bertemu dengan–Nya. Dan sungguh, seseorang mengucapkan suatu
kata-kata yang membuat Allah murka, ia tidak mengira kata-kata itu mencapai
sedemikian rupa. Allah mencatat murka–Nya untuknya karena kata-kata itu hingga
pada hari bertemu dengan–Nya.” (HR. Ahmad)
MENGOPTIMALKAN LISAN
Alloh memberikan lisan agar kita bisa
berdakwah menyebarkan ajaran Islam ke seluruh dunia menembus pelosok-pelosok
daerah dan kemanapun dimanapun kita berada, kita mampu untuk menebarkan minimal
1 ayat alquran. Hari ini aku ngaji di masjid Hidayatulloh dan disitu dijelaskan
oleh ustadzah Fitrah meutia bahwa untuk mempermudah urusan dunia akherat dengan
5:3:3:1 yaitu
5 rukun islam Aqidah yang kuat beribadah
hanya kepada Alloh semata, menegakkan sholat, puasa Ramadhan, zakat,haji.
3 kunci tambahan berupa sedekah, sholat malam/qiyamul
lail, shoum sunnah
3 hal dalam urusan agama yaitu pangkalnya:
Islam, Tiangnya: Sholat dan Puncaknya: Jihad
1 hal terakhir adalah menjaga lisan dan etika/attitude/akhlak-adab
kita terhadap sesama
Untuk perkara lisan yang dimanfaatkan
secara optimal bisa ambil teladan dari sahabat nabi yang Bernama Mu’adz bin
Jabal RA. Berikut ini dijabarkann keistimewaan Mu’adz bin Jabal RA
Keistimewaan Mu'adz Bin Jabal RA
Berikut adalah diantara keistimewaan Mu'adz
bin Jabal Ra:
- Seorang
Tokoh dari kalangan Anshor yang ikut berba'iat iman kepada Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam pada Baiat Aqabah II. Artinya beliau adalah
Assabiqunal awwalun dari golongan Anshor.
- Memilihi
Kefaqihan atau kealiman yang tinggi dalam hukum syariat Islam. Hingga
beliau dipuji oleh Rosulallah sholallahu alaihi wasallam, "Umatku
yang paling tahu persoalan yang halal dan yang haram ialah Mu'adz bin
Jabal ra.
- Karena
kealiman beliau akan Hukum Islam, beliau DIutus Rosulallah sholallahu
alaihi wasallam untuk berdakwah di Yaman. Bahkan beliau dipuji Rosulallah
sholallahu alaihi wasallam, "Segala Puji bagi Allah yang memberikan
taufik kepada utusan Rosulallah (Mu'adz) sebagaimana yang diridhoi oleh
Rosulallah."
- Kealimannya
di akui oleh sahabat-sahabat yang lain. DIkisahkan, dimasa Khalifah Umar,
suatu ketika A'idzullah bin Abdillah masuk masjid bersama beberpa sahabat.
Dia berkata, "Aku duduk disuatu majlis yang dihadiri oleh lebih dari
tiga puluh orang, masing-masing menyebutkan hadits yang mereka terima dari
Rosulallah sholallahu alaihi wasallam. Pada Majlis yang berbentuk
lingkaran itu adan anak muda yang sangat tampan, hitam manis warna
kulitnya, bersih, manis tutur katanya dan termuda usianya diantara mereka.
Jika mereka terdapat pada suatu hadits, mereka menanyakan pada anak muda
itu dan ia pun segera memberikan fatwanya. Ia tidak pernah berbicara
kecuali bila diminta. tatkala majlis berakhir, aku mendekati anak muda itu
dan menanyakan siapa namanya. ia pun menjawab, "Saya adalah Mu'adz
bin Jabal".
- Kealimannya
dipuji oleh Umar bin Khattab ra. Dalam kepemimpinannya, Sayyidina Umar ra
sering meminta pendapat dan nasihat dari Mu'adz bin Jabal. bahkan Umar
pernah berkata, "JIka bukan karena Mu'adz bin Jabal, Umar pasti
celaka".
- Menjadi
Rujukan sahabat dalam fatwa dan pendapat. Shahar bin Hausyab berkata,
"Bila para sahabat berbicara dan diantara hadir Mu'adz bin Jabal,
mereka pasti meminta pendapatnya karena kewibawannya".Dan jika para
sahabat berbeda pendapat dalam suatu hal, mereka menyerahkan perkara itu
pada Mu'adz untuk memutuskannya.
- Hanya
berbicara ketika diminta. Meski beliau memiliki keilmuan yang tinggi,
namun beliau bukan orang yang suka berbicara untuk menunjukkan
kepandaiannya. Beliau lebih banyak diam, di Majlis Ilmu pun lebih banyak
diam. beliau akan bicara jika diminta untuk bicara. Namun ketika beliau
mulai berbicara, akan membuat semua orang terpukau. bahkan seseorang yang
mengenalnya berkata, "Seolah-olah dari mulutnya keluar cahaya dan
mutiara".
- Beliau
adalah pemimpin golongan Ulama (sayyidul Ulama'). Umar ra mendengar bahwa
Rosulallah sholallahu alaihi wasallam Bersabda, "MU'adz bin Jabal
adalah pemimpin golongan ulama pada hari kiamat".
- Seandainya
beliau tidak wafat diusia Muda, yaitu hampir 33 tahun, Umar bin Khattab
hendak menjadikannya sebagai Khalifah yang menggantikannya. Umar ra
berkata, "Sekiranya saya mengangkat Mu'adz sebagai pengganti (sebagai
amirul mukminin), lalu ditanya oleh Allah mengapa saya mengangkatnya, saya
akan menjawab, Aku mendengar Nabi-Mu bersabda, "Bila Ulama menghadap
Allah, Mu'adz pasti berada diantara mereka".
- Senantiasa
mengingat kematian. Dikisahkan, suatu ketika Rosulallah ﷺ bertemu dengan Mu’adz bin Jabal,
beliau berkata, “Apa kabarmu pagi hari ini wahai Mu’adz?”. Mu’adz ra
menjawab, “Aku menghadapi pagi ini sebagai orang yang beriman, Wahai
Rosulallah ﷺ”. Rosulallah bersabda, “Setiap
kebenaran ada hakikatnya, lantas apakah hakikat keimananmu”. Mu’adz pun
berkata, “Setiap pagi hari aku menyangka tidak akan menemui lagi waktu
sore. Setiap berada diwaktu sore aku menyangka tidak akan mencapai diwaktu
pagi lagi. Tiada satu Langkahpun yang kulangkahkan, kecuali aku menyangka
tiada yang diiringi lagi dengan Langkah lainnya. Seolah-olah kusaksikan
setiap umat jatuh berlutu, dipanggil buku catatannya. Dan aku seolah-olah
menyaksikan penduduk sugra menikmati kesenangan surga, sedangkan penduduk
neraka menederita siksa didalamnya. Rosulallah ﷺ bersabda, “Engkau memang
mengetahuinya, karena itu peganglah kuat-kuat dan jangan engkau lepaskan”.
- Dipuji
Abdullah Bin Mas'ud seperti Nabi Ibrahim as, "Mu'adz adalah hamba
yang tunduk pada Allah dan berpegang teguh kepada agama-Nya. Kami
menganggap Mu'adz seperti Nabi Ibrahim as. Mu'adz senantiasa menyeru
manusia untuk menjadi orang yang berilmu dan ahli Dzikir.[2]
Komentar
Posting Komentar